Saham-Saham di IHSG Pada Anjlok, Ini Dia Penyebabnya!
Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan tajam sebesar 3,3% ke level
6.270,60 pada penutupan perdagangan Jumat (28/2/2025). Ini menjadi rekor terendah
sejak pandemi Covid-19, menandakan tekanan signifikan pada pasar saham
Indonesia. Berbagai faktor global dan domestik turut berkontribusi terhadap
pelemahan ini, menciptakan ketidakpastian bagi investor.
Salah satu penyebab utama pelemahan IHSG adalah kebijakan ekonomi global, khususnya perang tarif antara Amerika Serikat (AS) dengan mitra dagangnya seperti Meksiko dan Kanada. Konflik ini menciptakan ketidakstabilan ekonomi global, mempengaruhi arus modal asing yang cenderung mencari aset lebih aman, seperti obligasi AS.
Selain
itu, kebijakan suku bunga yang diterapkan Federal Reserve (The Fed) juga mempengaruhi
sentimen pasar. Ekspektasi awal bahwa The Fed akan menurunkan suku bunga menstimulasi
ekonomi tidak terpenuhi. Para analis memperkirakan The Fed hanya akan
menurunkan suku bunga acuan satu kali sepanjang tahun ini, yang tidak cukup
untuk menarik kembali dana asing ke pasar negara berkembang, termasuk
Indonesia. Baca Juga: Hubungan Kenaikan atau Penurunan Suku Bunga The Fed Terhadap Saham di IHSG
Akibatnya,
banyak investor asing menarik dananya dari pasar saham Indonesia dan
mengalihkan ke AS. Hingga 27 Februari 2025, investor asing mencatatkan net sell
hampir Rp 19 triliun secara year to date,
berbanding terbalik dengan tahun lalu yang masih mencatatkan net buy Rp 17 triliun. Fenomena ini
menandakan perubahan signifikan dalam preferensi investasi global.
Dari
sisi domestik, dominasi investor asing di pasar modal Indonesia menjadi
tantangan tersendiri. Menurut data, kepemilikan asing di pasar modal mencapai
40%. Kondisi ini membuat pasar saham Indonesia lebih rentan terhadap guncangan
eksternal. Jika investor asing melakukan aksi jual besar-besaran, pasar domestik
yang masih terbatas tidak mampu menahan tekanan tersebut.
Ketidakpastian
ekonomi dalam negeri juga menjadi faktor utama. Beberapa kebijakan pemerintah
terkait fiskal dan moneter belum mampu memberikan kepercayaan penuh kepada
investor. Perlambatan pertumbuhan ekonomi nasional dan ketidakpastian kebijakan
investasi juga mempengaruhi keputusan investor dalam menempatkan dananya di
Indonesia.
Selain
faktor global dan domestik, laporan keuangan emiten juga turut menjadi faktor
pelemahan IHSG. Beberapa emiten memang mencatatkan pertumbuhan laba, tetapi
hasilnya masih di bawah konsensus analisis. Hal ini menyebabkan aksi jual di
beberapa saham unggulan dan turut menekan indeks secara keseluruhan.
Dari
data di atas, bagaimanakah prospek IHSG ke depan? Kondisi pasar saat ini
menunjukkan bahwa tantangan yang dihadapi oleh IHSG cukup kompleks, dengan
pengaruh dari faktor global, domestik, dan korporasi. Untuk dapat bangkit,
diperlukan langkah strategis dari berbagai pihak, termasuk kebijakan pemerintah
dalam menciptakan iklim investasi yang lebih menarik serta stabilitas ekonomi
yang lebih baik.
Dalam
jangka pendek, pergerakan IHSG masih akan sangat dipengaruhi oleh dinamika
kebijakan global, terutama dari AS dan China. Investor diharapkan tetap
berhati-hati dalam mengambil keputusan investasi dan terus memantau
perkembangan ekonomi serta kebijakan yang akan datang.
Namun, meskipun dalam jangka pendek IHSG masih mengalami tekanan, prospek jangka panjang tetap tergantung pada kebijakan ekonomi yang diambil oleh pemerintah. Jika kebijakan yang diterapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kepercayaan investor, maka pasar saham Indonesia berpotensi untuk kembali ke tren positif di masa mendatang. Baca Juga: Kriteria Saham Yang Layak Dikoleksi Untuk Investasi Jangka Panjang