Inilah Lima Alasan Mengapa Saham Bluechip Jarang Multibagger Dibanding Saham Lapis Tiga!

Mengapa saham bluechip jarang menjadi saham yang multibagger dibandingkan dengan saham lapis tiga? Itulah salah satu pertanyaan yang sering ditanyakan perihal saham multibagger. Dalam dunia investasi saham, istilah multibagger merupakan saham yang nilainya meningkat berkali lipat dari harga awal pembeliannya. Maka menjadi hal wajar jika, saham multibagger merupakan impian para investor.

Untuk menjawab pertanyaan di atas, berikut adalah beberapa alasan mengapa saham bluechip jarang menjadi saham multibagger dibandingkan dengan saham lapis tiga di IHSG:

Pertama: Ukuran perusahaan yang sudah besar

Saham bluechip merupakan saham dari perusahaan besar dan mapan dengan kapitalisasi pasar yang tinggi, contohnya seperti Bank Central Asia (BBCA), Telkom Indonesia (TLKM), atau Astra Internasional Tbk (ASII). Dikarenakan ukurannya yang sudah besar, membuat pertumbuhan perusahaan biasanya relatif stabil tetapi lambat. Perusahaan-perusahaan ini telah melewati fase pertumbuhan yang pesat dan kini lebih fokus pada kestabilan dan keberlanjutan bisnis.

Di lain sisi, saham lapis tiga berasal dari perusahaan kecil atau menegah yang memiliki ruang pertumbuhan yang besar, terutama jika berhasil memperluas pasar atau menemukan produk baru yang diminati. Hal inilah yang membuat potensi kenaikan pada saham lapis ketiga lebih besar dibandingkan saham bluechip.



Kedua: Volatilitas yang lebih rendah pada saham bluechip

Saham bluechip umumnya lebih stabil dan kurang volatil dibandingkan saham lapis tiga. Hal ini dikarenakan saham bluechip tidak mudah mengalami kenaikan atau penurunan yang drastis dalam waktu singkat. Bagi investor jangka panjang, kestabilan ini adalah keunggulan, namun bagi mereka yang menginginkan keuntungan cepat melalui multibagger, volatilitas rendah ini menjadi kendala.

Saham lapis tiga sering kali lebih terpengaruh oleh sentimen pasar atau kabar tertentu yang bisa menyebabkan lonjakan harga yang signifikan dalam waktu singkat. Meski risikonya lebih besar, potensi untuk memperolah keuntungan berkali-kali lipat juga meningkat. Baca Juga: Pahami Siklus Saham Agar Keuntungan dari Investasi Saham Dapat Anda Raih

Ketiga: Tingkat pengembalian dividen yang tinggi pada saham bluechip

Saham bluechip umumnya berasal perusahaan yang sudah mapan dalam bisnisnya dan sering kali memilih untuk mengalokasikan sebagian besar keuntungan ke pembayaraan dividen kepada para pemegang saham. Dengan demikian, tingkat capital gain atau keuntungan dari peningkatan harga saham bukanlah satu-satunya sumber keuntungan bagi pemegang saham bluechip. Para investor yang memilih saham bluechip biasanya mengutamakan kestabilan dan pendapatan dividen, daripada menargetkan kenaikan harga yang bombastis.

Sementara, saham lapis ketiga cenderung tidak memiliki dividen tinggi atau bahkan tidak membayar dividen sama sekali, sehingga sahamnya lebih rentan terhadap spekulasi dan lebih berfokus pada potensi kenaikan harga (capital gain).

Keempat: Tingkat kepemilikan institusional yang tinggi

Saham bluechip biasanya dimiliki oleh investor institusi dalam jumlah besar, termasuk dana pensiun, asuransi, dan manajer investasi. Kepemilikan institusional ini seringkali memberikan stabilitas tambahan pada jenis saham ini, hal ini dikarenakan investor institusi cenderung berinvestasi dalam jangka panjang dan jarang melakukan pembelian atau penjualan dalam jumlah besar yang bisa mempengaruhi harga secara drastis. Stabilitas ini menjadikan saham bluechip lebih aman tetapi kurang menarik untuk menghasilkan keuntungan multibagger.

Di lain sisi, saham lapis tiga memiliki tingkat kepemilikan institusi yang jauh lebih rendah, sehingga lebih rentan terhadap pergerakan harga yang signifikan akibat pembelian atau penjualan besar dari investor ritel.

Kelima: Regulasi dan transparansi yang lebih ketat

Alasan terakhir adalah saham bluechip yang besar di IHSG harus mematuhi berbagai regulasi dan memiliki transparansi yang tinggi. Hal ini memastikan bahwa informasi yang mereka sampaikan kepada publik sudah diverifikasi dan sesuai dengan aturan, mengurangi peluang terjadinya fluktuasi harga yang tiba-tiba akibat informasi yang belum diverifikasi. Transparansi juga membatasi kemungkinan saham mengalami kenaikan harga berlipat-lipat akibat spekulasi atau manipulasi harga.

Sebaliknya, saham lapis tiga cenderung kurang diawasi ketat dan memiliki tingkat transparansi yang lebih rendah, sehingga seringkali mudah dispekulasikan atau dipengaruhi oleh informasi yang belum tentu akurat. Hal ini dapat menjadi pemicu kenaikan harga yang drastis, meski risikonya juga sangat tinggi bagi investor.

Saham bluechip adalah pilihan ideal bagi investor yang menginginkan kestabilan, dividen yang konsisten, dan risiko yang lebih rendah. Namun, bagi mereka yang mengejar keuntungan multibagger, saham bluechip mungkin bukan pilihan terbaik. Potensi multibagger yang lebih besar biasanya ada pada saham lapis tiga, meskipun risikonya jauh lebih tinggi. Kombinasi ukuran perusahaan yang besar, stabilitas harga yang relatif rendah, fokus pada dividen, kepemilikan institusional yang tinggi, dan regulasi yang ketat membuat saham bluechip di IHSG cenderung tidak memberikan keuntungan yang berlipat-lipat dalam waktu singkat. Baca Juga: Strategi Investasi Saham Jangka Panjang yang Terbukti Efektif: Buy and Hold!

Loading...

Subscribe to receive free email updates: