Tiga Tingkatan/Lapisan Saham di Indonesia: Mana yang Cocok untuk Investasi?
Tiga
tingkatan/lapisan saham di Indonesia – Di Indonesia tercatat ada tiga
lapis/tingkatan saham. Yang mana ketiga lapisan saham ini menawarkan plus dan
minus bagi investor. Itu sebabnya pemahaman akan tingkatan saham ini sangat
penting bagi investor dalam menentukan pilihan dengan profil risiko dan tujuan
investasinya.
Berikut adalah tiga tingkatan saham di Indonesia dan mana di antara ketiga tingkatan tersebut yang cocok untuk investasi:
Pertama: Saham Blue Chip
Saham
blue chip adalah saham yang dipegang oleh perusahaan besar yang sudah teruji,
baik dalam hal manajemen, profitabilitas, maupun daya tahan menghadapi krisis
ekonomi. Umumnya, perusahaan-perusahaan ini adalah pemimpin pasar di
industrinya dan sering kali masuk ke dalam indeks-indeks utama seperti LQ45
atau IDX30 di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Adapun
ciri-ciri dari saham blue chip adalah perusahaan besar dengan fundamental yang
kuat, likuiditas yang tinggi, perusahaan memiliki rekam jejak yang stabil dan
sering membagikan dividen.
Keuntungan
berinvestasi di saham blue chip adalah:
1. Saham
lebih stabil yang mana cocok untuk investor yang memiliki profil risiko rendah
hingga menengah.
2. Saham
ini cenderung lebih tahan terhadap fluktuasi pasar
3. Dividen
yang dibayarkan umumnya lebih konsisten, sehingga memberikan keuntungan
tambahan bagi investor jangka panjang.
Kerugian
berinvestasi di saham blue chip adalah:
1. Potensi
kenaikan harga saham mungkin tidak secepat saham-saham yang lebih kecil,
sehingga kurang cocok bagi investor yang mencari pertumbuhan modal yang cepat.
Contoh
saham blue chip yang ada di Indonesia, diantaranya: ASII, TLKM, BBRI, BBCA,
AMRT, ICBP, INCO, UNTR, TOWR.
Kedua: Saham Second Liner
Saham
second liner merupakan saham yang dipunyai perusahaan yang memiliki
kapitalisasi pasar menegah. Dengan ciri-ciri sebagai berikut:
1. Kapitalisasi
pasar menegah, dengan potensi pertumbuhan yang baik.
2. Likuiditas
sedang, artinya masih cukup mudah untuk diperjualbelikan tetapi tidak seaktif saham
blue chip.
3. Perusahaan
sering kali memiliki produk yang sudah dikenal, namun belum menjadi pemimpin
pasar
Keuntungan
berinvestasi di saham second liner:
1. Potensi
pertumbuhan lebih tinggi dibandingkan saham blue chip, dimana saham ini cocok
untuk investor yang bersedia mengambil risiko lebih besar untuk mendapatkan
imbal hasil lebih tinggi.
2. Beberapa
saham second liner dapat menjadi saham blue chip di masa depan jika perusahaan
terus berkembang dan memperkuat posisinya di pasar. Baca Juga: 7 Tanda Sebuah Saham Layak Untuk Dibeli, Kamu Harus Tahu!
Kerugian
berinvestasi di saham second liner:
1. Volatilitas
lebih tinggi, artinya harga saham bisa berfluktuasi lebih besar dalam jangka
pendek.
2. Risiko
lebih tinggi dibandingkan saham blue chip, terutama jika perusahaan menghadapi
tantangan dalam pertumbuhan atau manajemen.
Contoh
saham second liner di Indonesia, diantaranya: SMGR, AKRA, JPFA, PWON, MNCN,
TBIG, INTP, MAPI, MIKA
Ketiga: Saham Third Liner
Saham
Thrid liner merupakan saham yang diterbitkan oleh perusahaan dengan
kapitalisasi pasar yang kecil. Biasanya, saham-saham jenis ini seringkali diabaikan
oleh investor besar, namun bisa menarik bagi investor yang mencari potensi
pertumbuhan yang tinggi dengan risiko yang signifikan. Saham ini cendering
dikenal dengan saham gorengan karena harganya cenderung sangat fluktuatif.
Adapun
ciri-ciri saham third liner ini adalah:
1. Kapitalisasi
pasar kecil, seringkali perusahaan baru atau yang belum berkembang pesat.
2. Likuiditas
rendah, artinya saham ini tidak sering diperdagangkan dan biasanya sulit untuk
dijual dengan cepat.
3. Risiko
bisnis yang tinggi, karena perusahaan seringkali belum memiliki pondasi yang
kuat dan cenderung lebih rentan terhadap perubahan ekonomi.
Keuntungan
berinvestasi di saham third liner:
1. Potensi
pertumbuhan yang sangat besar jika perusahaan berhasil berkembang. Saham third
liner bisa memberikan keuntungan besar dalam waktu singkat jika dikelola dengan
baik.
2. Harga
saham relatif rendah, sehingga menarik bagi investor dengan modal kecil.
Kerugian
berinvestasi di saham third liner:
1. Risiko
sangat tinggi, hal ini dikarenakan saham ini berasal dari perusahaan-perusahaan
yang seringkali berada pada tahap awal atau menghadapi tantangan besar dalam
bisnis mereka.
2. Likuiditas
rendah yang membuat saham ini sulit untuk dijual dengan cepat, dan harga bisa
turun drastis dalam waktu singkat.
Contoh
saham third liner yang ada di Indonesia, diantaranya adalah: MSIE, KLIN, PLAN
Dari ketiga
tingkatan/lapisan di atas, yang manakah yang cocok untuk investasi?
Pemilihan
saham yang cocok untuk investasi tergantung pada profil risiko, tujuan
investasi, dan jangka waktu yang diinginkan oleh investor.
Investor
konservatif (risiko rendah) biasanya lebih cocok dengan saham blue chip karena
stabilitasnya. Saham ini juga cocok untuk investor yang mencari pendapatan
pasif dari dividen serta memiliki horizon investasi jangka panjang.
Investor
moderat (risiko menengah) dapat mempertimbangkan saham second liner. Potensi
pertumbuhan saham ini lebih tinggi dibandingkan blue chip, namun dengan risiko
yang lebih besar. Investor dengan jangka waktu investasi menengah hingga
panjang dan yang bersedia menghadapi fluktuasi harga bisa memilih saham second
liner.
Investor agresif (risiko tinggi) yang ingin mendapatkan keuntungan cepat bisa memilih saham third liner. Namun, investor harus sangat berhati-hati, karena risiko kehilangan modal juga sangat besar. Saham ini lebih cocok untuk trader yang berpengalaman dan mampu menganalisis pasar dengan baik. Baca Juga: 7 Saham dengan Market Cap Terbesar yang Tidak Punya Utang