Memilih Saham Murah Tapi Tidak Murahan: Strategi Cerdas Investor Pemula dan Berpengalaman!
Salah
satu saran, saat membeli saham adalah belilah saham diharga terdiskon atau
murah. Harapan membeli saham diharga murah adalah agar meminimalkan risiko dan
meningkatkan peluang untuk mendapatkan keuntungan. Pada artikel ini, kita akan
membahas bagaimana memilih saran murah tapi tidak murahan.
Sebelum masuk ke dalam bahasan lebih dalam, mari kita pahami dulu saham murah seperti apa yang dimaksud dalam artikel ini. Kebanyakan dari kita menganggap bahwa saham murah adalah saham yang harganya rendah, misalnya harganya di bawah Rp. 100 per lembar. Namun, sebenarnya saham murah bukan sekedar harga nominal. Saham murah lebih tepat diartikan sebagai saham yang harganya lebih rendah dibandingkan nilai intrinsik perusahaan, yang sering dikenal sebagai saham yang undervalued.
Ada
perbedaan antara saham murah dan saham murahan. Saham murahan umumnya saham dengan harga rendah, tapi memiliki
fundamental yang buruk. Contohnya saja, perusahaan tersebut memiliki manajemen
yang tidak kometen, memiliki utang yang tinggi, dengan prospek pertumbuhan yang
rendah. Berbeda dengan saham murah
yang meski harganya rendah, tapi saham ini memiliki fundamental yang kuat, dan
memiliki prospek pertumbuhan yang baik pada jangka panjangnya.
Bagaimana
membedakan saham murah dengan saham murahan? Berikut beberapa langkah yang
dapat Anda lakukan untuk membedakan antara saham murah dan saham yang murahan:
Pertama: Analisis fundamental
Langkah
awal yang dapat Anda lakukan dalam memilih saham yang murah tapi tidak murahan
adalah dengan melakukan analisis fundamental terhadap perusahaan. Dimana
analisis ini melibatkan pemeriksaan aspek-aspek seperti pendapatan, laba
bersih, rasio harga terhadap pendapatan (P/E), rasio harga terhadap nilai buku
(P/B), utang perusahaan, serta arus kas.
P/E
Ratio mengukur harga saham relatif terhadap laba per saham. Saham dengan P/E
yang rendah bisanya menunjukkan bahwa saham tersebut sudah undervalued, tapi perhatikan juga kinerjanya. Jika kinerja
perusahaan buruk atau prospek bisnis suram, maka saham tersebut mungkin bukan
pilihan yang baik. Sedangkan P/B ratio mengukur harga saham terhadap nilai
bukunya. Saham dengan P/B rendah juga menjadi tanda saham tersebut undervalued, tetapi selalu ingat bahwa
apa penyebab rationya rendah.
Utang
seperti kita ketahui merupakan tolak ukur perusahaan, apabila utangnya banyak
dan tidak mampu membayar, artinya saham yang diperdagangkan merupakan saham
murahan. Perusahaan yang sehat biasanya memiliki rasio utang yang wajar dan
arus kas yang cukup untuk membayar kewajiban mereka. Sedangkan arus kas sendiri
merupakan kemampuan perusahaan untuk mengelola pendapatannya. Perusahaan yang
memiliki arus kas yang baik cenderung kuat bertahan di tengah kondisi pasar
yang sulit dan menawarkan peluang pertumbuhan yang lebih baik.
Kedua: Periksa Kinerja Manajemen
Tahap
ini merupakan tahap penting berikutnya, saham murah tapi tidak murahan biasanya
memiliki sistem manajemen yang kompeten dan memiliki strategi bisnis yang jelas
dan mampu menjalankan operasinya dengan efisien. Salah satu cara menilai
kinerja manajemen adalah dengan melihat sejarah perusahaan dalam meningkatkan
pendapatan, laba, dan pangsa pasar.
Saham Terdiskon Dengan Harga Murah |
Ketiga: Perhatikan Dividen
Salah
satu indikator perusahaan memiliki fundamental yang kuat adalah sahamnya
membayar deviden. Umumnya. Perusahaan yang mampu membayar dividen secara konsisten,
walaupun ditengah kondisi ekonomi yang tidak kondusif, biasanya memiliki model
bisnis yang kuat.
Tapi,
ingat juga bahwa tidak semua perusahaan berkualitas membayar dividen, terutama
perusahaan yang sedang bertumbuh dan saham di sektor teknologi. Biasanya, beberapa
perusahaan lebih memilih untuk menginvestasikan kembali laba mereka ke dalam
bisnis untuk mempercepat pertumbuhan. Untuk itu, penting bagi Anda untuk
mengevaluasi apakah dengan tidak dibaginya dividen, perusahaan tersebut
memiliki strategi investasi yang jelas.
Keempat: Evaluasi sektor dan industri
Pada
tahap ini perhatikan sektor dan industri tempat perusahaan beroperasi. Beberapa
industri lebih rentan terhadap naik turunnya ekonomi daripada sektor lain.
Misalnya sektor energi dan teknologi yang sering kali mengalami perubahan harga
yang drastis, sementara sektor kesehatan dan konsumer cenderung lebih stabil.
Untuk itulah, jika memilih saham murah, pastikan untuk memahami dinamika
industri yang relevan. Baca Juga: Saham Cyclical dan Non Cyclical: Pengertian, Karakteristik, Contoh Saham, dan Strategi Investasinya!
Kelima: Hindari saham gorengan
Saham
gorengan atau ‘Penny Stocks’ mengacu
pada saham yang diperdagangkan dengan harga yang sangat rendah, seringkali di bawah
harga Rp. 100 per lembar. Meskipun tampak menggoda karena masuk harga bawah,
tapi saham gorengan sering kali sangat spekulatif dan memiliki risiko tinggi.
Bukan rahasia lagi, jika banyak perusahaan yang menerbitkan saham gorengan
tidak memiliki catatan kinerja yang baik dan tidak memiliki model bisnis yang
jelas.
Keenam: Lihat prospek jangka panjang
Dalam
membeli saham yang murah tapi tidak murahan, maka pelajarilah rencana bisnis
perusahaan, potensi pasar mereka, dan inovasi yang mungkin dilakukan di masa
depan. Apakah perusahaan sedang mengembangkan teknologi baru? Apakah mereka
menargetkan segmen pasar yang tumbuh? Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini
dapat membantu Anda menilai apakah saham tersebut layak untuk dibeli.
Perusahaan
yang memiliki model bisnis yang jelas, produk atau layanan yang kompetitif, dan
manajemen yang baik akan lebih mungkin untuk berkembang dan bertahan di masa
akan datang.
Memilih saham murah tapi tidak murahan memerlukan analisis yang mendalam dan pendekatan yang hati-hati. Jangan terjebak hanya oleh harga rendah, tetapi periksa juga fundamental perusahaan, kualitas manajemen, prospek jangka panjang, dan kondisi industri sebelum membuat keputusan investasi. Dengan pendekatan yang tepat, Anda bisa menemukan saham yang undervalued namun memiliki potensi besar untuk tumbuh, sehingga memungkinkan Anda untuk mendapatkan keuntungan yang lebih baik dalam jangka panjang. Baca Juga: Pilih Trading Atau Investing? Mana Strategi Yang Terbaik Dalam Mengumpulkan Keuntungan?