Kapan Harus Hold, Averaging Down, Dan Cut Loss Dalam Saham? Ini Dia Jawabannya!

Jika porto saham Anda nyangkut, apa yang akan Anda lakukan? Apakah hold (tetap pegang) hingga averaging down? atau cut loss? Pasti yang pernah merasakan minus besar di porto saham, bingung mau berbuat apa? Mau tetap dipertahankan takut sahamnya tambah jeblok, mau di lepas takutnya nanti sahamnya naik kencang! Jadi bingungkan?

Bagi kebanyakan investor, tantangan terbesar bukanlah memilih saham, melainkan keputusan kapan harus tetap memegang saham (hold), kapan harus menambah pembelian ketika harga turun (averaging down), dan kapan harus menjual dengan kerugian (cut loss). Keputusan ini sangat mempengaruhi hasil investasi dan kesejahteraan finansial seorang investor.

Pada kesempatan ini, kita akan membahas kapan sebaiknya seorang investor tetap memegang sahamnya, melakukan averaging down, atau kapan memutuskan untuk cut loss berdasarkan faktor yang perlu dipertimbangkan seperti kondisi pasar, analisis fundamental, manajemen risiko, dan emosi investor.

Keputusan untuk memegang atau melepas saham tergantung pada kondisi pasar dan prospek perusahaan. Dimana ada perbedaan antara penurunan harga saham karena faktor pasar saham secara umum dengan penurunan harga saham dikarenakan masalah fundamental perusahaan.

1.  Penurunan karena faktor pasar:

Terkadang saham mengalami penurunan harga dikarenakan kondisi pasar saham yang sedang buruk, misalnya saja terjadi resesi ekonomi, terjadinya krisis keuangan, atau bisa juga dikarenakan terjadinya gejolak politik. Dalam kasus ini, saham perusahaan yang sehat secara fundamental bisa ikut terseret jatuh meski kondisi di perusahaannya sendiri dalam keadaan baik-baik saja.

Jika penurunan harga lebih disebabkan oleh situasi makroekonomi dan bukan karena masalah fundamental perusahaan, maka sebaiknya Anda melakukan hold (tetap memegang saham) atau melakukan averaging down. Hal ini dilakukan karena pada akhirnya pasar cenderung akan pulih, saham-saham perusahaan dengan fundamental baik akan kembali ke harga wajarnya bahkan bisa menuju ke tempat yang lebih tinggi.

2.  Penurunan karena masalah fundamental perusahaan:

Jika penurunan harga saham disebabkan oleh masalah mendasar pada perusahaan, seperti penurunan pendapatan, hilangnya pangsa pasar, atau masalah manajemen, maka cut loss bisa menjadi pilihan yang bijaksana. Membeli banyak saham di perusahaan yang sedang bermasalah bisa menjadi langkah yang sangat berisiko karena kemungkinan perusahaan tidak akan pulih dalam waktu dekat, bahkan bisa saja perusahaannya mengalami kebangkrutan.

Untuk membuat keputusan yang baik, investor perlu memahami alasan penurunan harga saham. Memantau laporan keuangan perusahaan, berita terbaru, dan analisis pasar sangat penting untuk mengidentifikasi apakah penurunan harga merupakan peluang membeli atau sinyal untuk keluar posisi.



Keputusan untuk hold, averaging down, atau cut loss sebaiknya tidak berdasarkan emosi, melainkan juga berdasarkan analisis mendalam. Ada dua jenis analisis utama yang digunakan investor, yaitu:

1.      Analisis fundamental:

Analisis fundamental untuk melihat kondisi keuangan dan prospek jangka panjang perusahaan. Adapun indikator yang perlu diperhatikan, yaitu: pendapatan dan laba bersih, pertumbuhan pendapatan, Rasio harga terhadap laba (P/E Ratio), Ratio utang terhadap ekuitas (debt-to-equity ratio), dan arus kas.

Jika indikator-indikator ini menunjukkan bahwa perusahaan masih memiliki fundamental yang kuat mesti harga sahamnya turun, maka mungkin ini waktu yang tepat untuk tetap memegang saham atau bisa dilakukan averaging down.

2.      Analisis teknikal:

Ini melibatkan penggunaan grafik harga dan indikator teknis untuk menentukan pergerakan harga saham. Beberapa indikator yang sering digunakan, yaitu: moving average, Relative strength index (RSI), Support dan Resistance level.

Jika harga saham mendekati level support yang kuat dan indikator teknis menunjukkan tanda-tanda pembalikan harga, investor mungkin bisa mempertimbangkan untuk tetap memegang sahamnya atau bahkan averaging down. Sebaliknya, jika harga saham terus turun melewati batas support penting, maka cut loss mungkin jadi pilihan yang bijaksana untuk mencegah kerugian lebih lanjut.

Kapan averaging down bisa menjadi pilihan yang baik?

Ketika kita yakin bahwa penurunan harga saham hanya sementara dan didorong oleh faktor-faktor jangka pendek yang tidak akan berdampak pada fundamental perusahaan. Saat perusahaan memiliki rekam jejak yang kuat dalam menghadapi tantangan dan memiliki prospek jangka panjang yang menjanjikan. Ketika Anda memiliki modal yang cukup untuk menambah investasi tanpa membahayakan likuiditas atau alokasi portofolio Anda secara keseluruhan.

Namun, averaging down dapat menjadi perangkap jika dilakukan tanpa analisis yang baik. Jika perusahaan mengalami masalah mendasar dan harga terus jatuh, menambah pembelian bisa meningkatkan kerugian. Oleh karena itu, averaging down harus dilakukan dengan hati-hati dan hanya pada saham yang Anda benar-benar yakin akan pulih.

Kapan Cut loss bisa menjadi pilihan yang baik?

Cut loss bisa dilakukan ketika analisis fundamental menunjukkan bahwa perusahaan sedang mengalami masalah serius dan prospeknya tidak baik. Misalnya, jika ada penurunan pendapatan yang berkelanjutan, manajemen yang buruk, atau perubahan struktural dalam industri yang merugikan perusahaan. Selain itu, juga saat pasar saham tersebut berada dalam tren penurunan yang kuat, dan tidak ada tanda-tanda pemulihan dalam waktu dekat.

Keputusan untuk hold, averaging down, atau cut loss harus selalu didasarkan pada manajemen risiko yang baik. Berikut beberapa tips penting:

Jangan biarkan emosi mengendalikan keputusan: Pasar saham sering kali bergerak cepat, dan keputusan yang didasarkan pada ketakutan atau keserakahan dapat menyebabkan hasil yang buruk. Sebelum membeli saham, tetapkan target keuntungan dan batas cut loss yang jelas, dan disiplin dalam mengikuti rencana tersebut.

Diversifikasi portofolio: Salah satu cara terbaik untuk mengurangi risiko dalam investasi adalah dengan memiliki portofolio yang terdiversifikasi. Jangan menginvestasikan seluruh dana Anda pada satu saham atau satu sektor. Diversifikasi akan membantu melindungi Anda dari kerugian besar jika salah satu investasi tidak berjalan sesuai rencana.

Pantau portofolio secara berkala: Meskipun penting untuk memiliki pandangan jangka panjang dalam investasi, Anda tetap perlu memantau kinerja portofolio Anda secara berkala. Jika kondisi perusahaan atau pasar berubah, Anda perlu siap untuk menyesuaikan strategi.

Pada akhirnya, tidak ada strategi yang benar untuk semua situasi. Setiap keputusan harus didasarkan pada analisis yang cermat, manajemen risiko yang baik, serta pemahaman tentang tujuan dan toleransi risiko masing-masing investor. Baca Juga: Sektor Saham Yang Diprediksi Akan Manggung Di Akhir Tahun 2024! Kamu Punya Sahamnya?

Loading...

Subscribe to receive free email updates: