6 Kesalahpahaman Tentang Investasi Saham Yang Sering Terjadi!

Dalam beberapa tahun belakangan ini, investasi saham semakin populer, terutama di kalangan generasi milineal dan Gen Z yang tertarik dengan peluang keuntungan besar di pasar modal. Walaupun investasi saham populer, sayangnya masih banyak orang yang memiliki pemahaman yang keliru tentang investasi saham. Tentu saja kesalahpahaman ini dapat menyebabkan ekspektasi yang tidak realistis dan bahkan bisa menyebabkan kerugian finansial. Untuk membantu menghindari kekeliruan tersebut, berikut adalah beberapa kesalah pahaman tentang investasi saham yang sering terjadi

#Pertama: Saham itu sama dengan Judi

Salah satu kesalahpahaman yang umumnya dipikirkan banyak orang adalah saham itu sama dengan judi! Hal ini sering muncul di benak banyak orang, karena investasi saham melibatkan unsur risiko dan ketidakpastian. Padahal antara saham dan judi sangat berbeda.

Pada investasi saham, pengetahuan dan strategi yang tepat merupakan kunci keberhasilan seseorang dalam meraih keuntungan. Di saham, seseorang bisa mempelajari sebuah bisnis perusahaan, mulai dengan mempelajari laporan keuangan perusahaan. Apabila hasil riset menyatakan sebuah perusahaan itu sehat dan saat ini harga valuasi saham tersebut murah, tentu pada umumnya orang akan berinvestasi di saham perusahaan tersebut. Keputusan ini didasarkan pada informasi yang ada, meskipun tidak ada jaminan keuntungan. Berbeda dengan judi yang banyak bergantung pada keberuntungan dan umumnya tidak melibatkan analisis yang mendalam.

#Kedua: Investasi saham membuat cepat kaya

Banyaknya informasi seputar kesuksesan seorang investor saham, membuat banyak orang berpikir bahwa dengan berinvestasi saham akan membuatnya kaya dengan cepat. Namun, dalam kenyataannya, kebanyakan investor yang sukses memerlukan waktu bertahun-tahun untuk membangun kekayaan melalui pasar saham. Investasi saham lebih cocok dipandang sebagai alat untuk membangun kekayaan jangka panjang daripada cara cepat untuk menjadi kaya.

#Ketiga: Saham hanya untuk orang kaya

Bukan rahasia lagi, jika banyak orang beranggapan bahwa hanya orang kayalah yang berinvestasi di saham. Mereka cenderung berpikir bahwa untuk berinvestasi saham memerlukan dana yang besar, padahal di zaman modern ini berinvestasi saham bisa dengan dana yang minim. Anda punya uang Rp. 10.000 saja bisa berinvestasi di saham.



#Keempat: Semua saham berisiko tinggi

Seperti kita ketahui, memang benar berinvestasi saham penuh dengan risiko, tetapi anggapan bahwa semua saham berisiko tinggi ini tidak sepenuhnya benar. Ada berbagai jenis saham dengan tingkat risiko yang berbeda-beda. Saham blue-chip misalnya, merupakan saham dari perusahaan besar  dan mapan yang cenderung lebih stabil dan kurang berisiko dibandingkan dengan saham perusahaan kecil atau yang baru berdiri.

Untuk mengurangi risiko tinggi ketika membeli sebuah saham, kita dapat menerapkan diversifikasi, yaitu suatu cara yang menyebarkan investasinya ke berbagai saham dengan sektor yang berbeda. Dengan strategi ini, kerugian di satu saham dapat diimbangi oleh keuntungan di saham lainnya. Dengan demikian, meskipun investasi saham penuh risiko, tapi kita bisa mengelola dan meminimalkan risiko dalam berinvestasi di saham. Baca Juga: Mana Yang Lebih Baik Antara Diversifikasi Atau All In Di Saham?

#Kelima: Saham murah berarti saham bagus

Banyak yang berpikir dengan membeli saham yang murah, kita akan mendapatkan keuntungan yang berlipat-lipat nantinya. Padalah harga murah bisa jadi dikarenakan perusahaan tersebut sedang bermasalah dengan keuangannya atau prospek bisnisnya tidak sebaik perusahaan lain.

Oleh karena itu, harga sebuah saham tidak bisa dijadikan patokan dalam keputusan berinvestasi di sebuah saham. Penting untuk selalu melihat dan meriset nilai fundamental sebuah perusahaan sebelum memutuskan membeli sahamnya.

#Keenam: Tidak ada saham yang sesuai dengan prinsip syariah

Kesalahpaham lain yang juga sering terjadi adalah anggapan bahwa semua jenis saham tidak sesuai dengan prinsip syariah atau hukum islam. Banyak orang, khususnya di kalangan Muslim, khawatir bahwa investasi saham melibatkan unsur riba (bunga) atau gharar (ketidakpastian), yang tidak sesuai dengan prinsip syariah. Padahal faktanya, banyak saham di IHSG yang telah dirancang khusus memenuhi kriteria syariah, yang dikenal dengan saham syariah.

Saham syariah adalah saham dari perusahaan yang kegiatan bisnisnya tidak melanggar hukum Islam, seperti perusahaan yang bergerak di industri perjudian, alkohol, atau riba. Di Indonesia, saham syariah terdaftar dalam Daftar Efek Syariah yang diterbitkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Saham-saham ini diawasi oleh Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) untuk memastikan kepatuhannya terhadap prinsip-prinsip syariah.

Selain itu, Indonesia juga memiliki Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI), yang merupakan indeks yang terdiri dari saham-saham syariah yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Indeks ini membantu investor Muslim untuk memilih saham yang sesuai dengan keyakinan mereka, tanpa harus khawatir melanggar prinsip-prinsip agama. Investor yang ingin tetap berpegang pada nilai-nilai agama bisa memilih saham syariah atau produk investasi lain yang diawasi oleh lembaga terkait, sehingga mereka dapat berpartisipasi di pasar modal dengan tetap sesuai dengan keyakinan mereka. Baca Juga:Pilih Trading Atau Investing? Mana Strategi Yang Terbaik Dalam Mengumpulkan Keuntungan?

Loading...

Subscribe to receive free email updates: